Kamis, 15 Maret 2012

OTORITER MALAH DISANJUNG

Di tengah para pemimpin atau para politisi makin berlomba membangun pencitraan. Selalu menonjolkan citra baik di hadapan public, ada yang tiba-tiba jadi jadi dermawan banyak berbuat amal tetapi dengan maksud tertentu apalagi kalau bukan menjelang  Pemilu/Pilkada. Akan tetapi lain halnya terjadi dari negeri seberang tepatnya Kerajaan Johor Baru atau Johor Darul Ta’zim.  Johor dipimpin oleh seorang Sultan keturunan Bugis yaitu Sultan Mahmood Iskandar Al-Haj (ketika itu tahun 2009). Beliau otoriter, bengis dan kejam tetapi anehnya sang Sultan amat dicintai dan malah disanjung rakyatnya. Mengapa demikian ? jawabannya karena sang raja mempraktekkan kepemimpinan  yang satu kata dengan perbuatan.
Sebenarnya Johor Baru - Malaysia termasuk salah satu negara tujuan wisata orang Indonesia, tetapi sangat  minim sekali informasi yang dapat kita himpun dari para pelancong  terutama tentang Kepemimpinan pemegang kekuasaan di sana. Untuk itu,  saya jadi teringat apa yang telah dituturkan sang  pemandu wisata  kepada saya ketika saya melawat ke negeri jiran waktu itu. Pramuwisata tersebut Warga Negara Malaysia (asli Johor) yang telah puluhan tahun bekerja pada agent perjalanan. Selama menyelusuri jalan tol yang mulus dari Johor ke Malaysia yang ditempuh selama 5 jam sang pramuwisata menuturkan tentang kepemimpinanan Sultan negeri Upin dan Ipin ini.
Kerajaan Johor Baru atau Johor Darul Ta’zim Johor merupakan negeri paling selatan di Semenanjung Malaya negeri Bagian Malaysia yang paling dekat dengan Indonesia. Negara Bagian yang dihuni sekitar 2 juta penduduk itu dipimpin oleh Raja yaitu Sultan Mahmood Iskandar Al-Haj keturunan Bugis (ketika itu tahun 2009) .

Sultan Mahmood Iskandar Al-Haj  telah sepuh berusia lebih dari 75 tahun, tetapi rakyat Johor amat mencintainya. Sebelum memulai sholat jumat para jemaah mendoakan semoga baginda raja yang telah sepuh dipanjangkan umurnya sehingga dapat terus melanjukan kepemimpinannya di  Negeri ……. 
“Para hadirin sidang jumat yang dimulyakan Allah, petugas jumat hari ini bertindak sebagai muazin….,sebagai khotif…., bertindak sebagai sebagai imam…namun sebelumnya sebagaimana biasa marilah kita berdoa, membaca Ummul Kitab”Surat Alfatiha”  semoga baginda  Yang Maha Mulya Sultan Mahmood Iskandar Al-Haj diberikan kesehatan, dipanjangkan umurnya sehingga dapat meneruskan kepepemimpinannya di negeri ini. Alfatiha….” Kalimat tersebut rutin disampaikan pengurus Mesjid Surau, Langgar pada setiap menjelang dimulainya Shalat Jumat diseluruh pelosok Negeri Johor Baru.
Padahal Baginda dikenal sebagai pemimpin yang otoriter, bengis, kejam dan mau benar sendiri. Baginda gampang tersinggung , urusan kecil, remeh temeh, sepeleh sedikit saja saja baginda bisa marah besar , bikin gawat kerajaan. Rakyat lebih memilih  tidak jumpa baginda bertahun-tahun daripada berjumpa dijadikan sasaran kemarahannnya.
Konon tangan kanan baginda sejak beberapa tahun yang lalu sudah kaku, mati rasa, syaraf - syarafnya lemah, tidak bisa digerakkan jika tidak dibantu orang lain. Apa asal usulnya ? Pada suatu hari baginda Jumaatan di salah satu Mesjid luar istana. Baginda disambut dengan meriah oleh  Jemaah Mesjid   mulai dari para Ulama/Tokoh Agama , Tokoh Masyarakat,  unsur pemerintah sampai pada rakyat  biasa dan anak – anak, mesjid yang cukup besar penuh sesak di padati  Jemaah.
Tak disangka – sangka ternyata Jumat kali ini benar – benar ternoda, para pengawal rupanya lupa menghubungi khotib Jumat. Jika saja para pengawal menghubungi khotib lebih dahulu paling kurang diketahui atau disensor materi khotbah sesuai selera baginda. Tatapi Entahlah, kenapa kali ini benar-benar sial khotib langsung naik mimbar. 
Materi yang disampaikan khotib kali ini, bagi kebanyak Jemaah biasa – biasasaja sangat standar. Diawali dengan puji-pujian kehadapan Allah SWT, kemudian Mengingatkan  Jemaah untuk senantiasa memelihara keimanannya. “ Janganlah kita mati kecuali dalam keadaan beriman kepada Allah SWT.” Khotib mengingatkan.
Selanjutnya, sang khotib menymapaikan fatwanya sebagai berikut, “ Sesunggunya diharamkan bagi Laki-laki untuk memakai perhiasan baik berupa Kalung, Cincin, Gelang yang terbuat dari Emas, Intan, Permata dan Perak.”  Kata khotib. Seketika Baginda berdiri langsung menampar dan menarik paksa sang khotib. Suasana dalam masjid berubah menjadi gaduh.
Dikabarkan kemarahan baginda ini karena khotib menyindir baginda dengan mengatakan diharamkan bagi laki – laki memakai perhiasan dari Emas, sedangkan baginda sendiri memakai sebuah cincin dijari manisnya terbuat dari emas. Konon Sejak itulah tangan kanan baginda kaku, mati syaraf dan tidak bias lagi digerakkan.  
Masih banyak lagi cerita - cerita yang beredar dkalangan rakyat Johor tentang kebengisan dan kekejaman baginda antara lain ketika mobilnya disalip seseorang, maka para pengawal diminta mengejar sampai ketemu sipengemudi tadi untuk dijatuhi hukuman, belum lagi cerita baginda memerintahkan para pengawal untuk merobohkan beberapa rumah rakyat  yang didirikan tanpa izin dan mengesampingkan aspek tata ruang. Pendek kata Baginda yang mahamulya Sultan Johor otoriter, bengis, kejam. 
Tetapi kemabli kepada cerita awal kenapa semua masjid mendoakankanya ? Apakah tidak berlebihan dibacakan  Al-Fatihah sebelum jumat dikhususkan bagi Sang Baginda yang Maha Kejam? Ternyata tidak.
Karena baginda raja mempunyai sisi baik dan kelebihan yang tidak dimiliki Raja di kesultanan lain di Malaysia, bahkan rakyat menyangsikan adanya peminpin pengganti sehebat baginda.
Pertama : Secara Historis Kerajaan Johor Merdeka  sebelum Berdirinya Negara Malaysia tangal 15 Agustus 1957, dengan demikian Johor memiliki Angkatan Bersenjata sendiri dengan struktur gaji sendiri. Ketika Perdana Menteri Mahathir Muhamad berkuasa beliau menyampaikan ide melebur angkatan bersenjata Johor kedalam angkatan bersejata Malaysia, tetapi baginda Sultan tidak setuju  malah Mahathir ditantang perang oleh Raja Johor akhirnya Mahathir  mengalah dan maksudnya tak kesampaian sampai saat ini.  
Kedua : Semua pemegang KTP Johor dijamin penuh keselamatannya baik dalam negeri Johor maupun diluar negeri. Kesejahteraan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan yang layak dijamin penuh oleh kerajaan.
Ketiga : Setiap warga Johor yang bermasalah secara hukum mendapat perlindungan penuh dari kerajaan. Warga Johor bila tersangkut kasus pidana diluar Johor diadili atau diproses hokum di Johor. Tentu masih ingat kita perihal penangkapan tiga petugas Dinas Kelautan dan Perikanan Kepri ditangkap oleh Marine Police Malaysia (MPM) di perairan Tanjung Berakit, Bintan. Petugas kita berpakaian dinas dilucuti dan dianiaya secara keji di Malaysia, diduka gara – gara angkatan laut kita menahan tujuh nelayan Johor – Malaysia. Bagi Kerajaan Johor tidak mengenal kompromi bila warganya dianiaya.
Demikianlah, sebuah pesan kepemimpinan yang disamapaikan oleh seorang pramuwisata mencari makan dengan keringatnya, dia pengamat bukan pula politisi, tetapi saya kagum atas kepekaannya.
 Terakhir saya titip pesan kepada Sultan beliau, Selamat semoga panjang umur. Salam untuk Ipin dan Upin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar