Di tengah para pemimpin atau para
politisi makin berlomba
membangun pencitraan. Selalu menonjolkan
citra baik di hadapan public, ada yang tiba-tiba
jadi jadi
dermawan banyak berbuat amal tetapi dengan maksud
tertentu apalagi kalau bukan menjelang Pemilu/Pilkada. Akan tetapi lain halnya terjadi dari
negeri seberang tepatnya Kerajaan Johor Baru atau Johor Darul Ta’zim. Johor dipimpin oleh seorang Sultan keturunan Bugis yaitu
Sultan Mahmood Iskandar Al-Haj (ketika itu tahun 2009). Beliau otoriter, bengis
dan kejam tetapi anehnya sang Sultan amat dicintai dan malah disanjung rakyatnya.
Mengapa demikian ? jawabannya karena sang raja mempraktekkan kepemimpinan yang satu kata dengan perbuatan.
Sebenarnya Johor Baru - Malaysia termasuk salah satu negara tujuan
wisata orang Indonesia, tetapi sangat minim
sekali informasi yang dapat kita himpun dari para pelancong terutama tentang Kepemimpinan pemegang
kekuasaan di sana. Untuk itu, saya jadi
teringat apa yang telah dituturkan sang
pemandu wisata kepada saya ketika
saya melawat ke negeri jiran waktu itu. Pramuwisata tersebut Warga Negara
Malaysia (asli Johor) yang telah puluhan tahun bekerja pada agent perjalanan. Selama
menyelusuri jalan tol yang mulus dari Johor ke Malaysia yang ditempuh selama 5 jam
sang pramuwisata menuturkan tentang kepemimpinanan Sultan negeri Upin dan Ipin
ini.
Kerajaan Johor Baru atau
Johor Darul Ta’zim Johor merupakan negeri paling selatan di Semenanjung Malaya negeri Bagian Malaysia yang paling dekat dengan
Indonesia. Negara Bagian yang dihuni sekitar 2 juta penduduk itu dipimpin oleh
Raja yaitu Sultan Mahmood Iskandar Al-Haj keturunan Bugis (ketika itu tahun
2009) .
Sultan Mahmood Iskandar Al-Haj telah sepuh
berusia lebih dari 75 tahun, tetapi rakyat Johor amat mencintainya. Sebelum
memulai sholat jumat para jemaah mendoakan semoga baginda raja yang telah sepuh
dipanjangkan umurnya sehingga dapat terus melanjukan kepemimpinannya di Negeri …….
“Para hadirin sidang jumat yang
dimulyakan Allah, petugas jumat hari ini bertindak sebagai muazin….,sebagai
khotif…., bertindak sebagai sebagai imam…namun sebelumnya sebagaimana biasa marilah
kita berdoa, membaca Ummul Kitab”Surat Alfatiha” semoga baginda Yang Maha Mulya Sultan Mahmood Iskandar Al-Haj
diberikan kesehatan, dipanjangkan umurnya sehingga dapat meneruskan kepepemimpinannya
di negeri ini. Alfatiha….” Kalimat tersebut rutin disampaikan pengurus Mesjid
Surau, Langgar pada setiap menjelang dimulainya Shalat Jumat diseluruh pelosok
Negeri Johor Baru.
Padahal Baginda dikenal sebagai pemimpin
yang otoriter, bengis, kejam dan mau benar sendiri. Baginda gampang tersinggung
, urusan kecil, remeh temeh, sepeleh sedikit saja saja baginda bisa marah besar
, bikin gawat kerajaan. Rakyat lebih memilih
tidak jumpa baginda bertahun-tahun daripada berjumpa dijadikan sasaran kemarahannnya.
Konon tangan kanan baginda sejak
beberapa tahun yang lalu sudah kaku, mati rasa, syaraf - syarafnya lemah, tidak
bisa digerakkan jika tidak dibantu orang lain. Apa asal usulnya ? Pada suatu hari
baginda Jumaatan di salah satu Mesjid luar istana. Baginda disambut dengan meriah
oleh Jemaah Mesjid mulai
dari para Ulama/Tokoh Agama , Tokoh Masyarakat,
unsur pemerintah sampai pada rakyat
biasa dan anak – anak, mesjid yang cukup besar penuh sesak di padati Jemaah.
Tak disangka – sangka ternyata Jumat
kali ini benar – benar ternoda, para pengawal rupanya lupa menghubungi khotib Jumat.
Jika saja para pengawal menghubungi khotib lebih dahulu paling kurang diketahui
atau disensor materi khotbah sesuai selera baginda. Tatapi Entahlah, kenapa
kali ini benar-benar sial khotib langsung naik mimbar.
Materi yang disampaikan khotib kali
ini, bagi kebanyak Jemaah biasa – biasasaja sangat standar. Diawali dengan puji-pujian
kehadapan Allah SWT, kemudian Mengingatkan
Jemaah untuk senantiasa memelihara keimanannya. “ Janganlah kita mati kecuali
dalam keadaan beriman kepada Allah SWT.” Khotib mengingatkan.
Selanjutnya, sang khotib menymapaikan
fatwanya sebagai berikut, “ Sesunggunya diharamkan bagi Laki-laki untuk memakai
perhiasan baik berupa Kalung, Cincin, Gelang yang terbuat dari Emas, Intan,
Permata dan Perak.” Kata khotib. Seketika
Baginda berdiri langsung menampar dan menarik paksa sang khotib. Suasana dalam
masjid berubah menjadi gaduh.
Dikabarkan kemarahan baginda ini karena
khotib menyindir baginda dengan mengatakan diharamkan bagi laki – laki memakai perhiasan
dari Emas, sedangkan baginda sendiri memakai sebuah cincin dijari manisnya terbuat
dari emas. Konon Sejak itulah tangan kanan baginda kaku, mati syaraf dan tidak
bias lagi digerakkan.
Masih banyak lagi cerita - cerita
yang beredar dkalangan rakyat Johor tentang kebengisan dan kekejaman baginda antara
lain ketika mobilnya disalip seseorang, maka para pengawal diminta mengejar sampai
ketemu sipengemudi tadi untuk dijatuhi hukuman, belum lagi cerita baginda memerintahkan
para pengawal untuk merobohkan beberapa rumah rakyat yang didirikan tanpa izin dan mengesampingkan aspek
tata ruang. Pendek kata Baginda yang mahamulya Sultan Johor otoriter, bengis,
kejam.
Tetapi kemabli kepada cerita awal kenapa
semua masjid mendoakankanya ? Apakah tidak berlebihan dibacakan Al-Fatihah sebelum jumat dikhususkan bagi Sang
Baginda yang Maha Kejam? Ternyata tidak.
Karena baginda raja mempunyai sisi
baik dan kelebihan yang tidak dimiliki Raja di kesultanan lain di Malaysia,
bahkan rakyat menyangsikan adanya peminpin pengganti sehebat baginda.
Pertama : Secara Historis Kerajaan
Johor Merdeka sebelum Berdirinya Negara
Malaysia tangal 15 Agustus 1957, dengan demikian Johor memiliki Angkatan Bersenjata
sendiri dengan struktur gaji sendiri. Ketika Perdana Menteri Mahathir Muhamad berkuasa
beliau menyampaikan ide melebur angkatan bersenjata Johor kedalam angkatan bersejata
Malaysia, tetapi baginda Sultan tidak setuju malah Mahathir ditantang perang oleh Raja
Johor akhirnya Mahathir mengalah dan maksudnya
tak kesampaian sampai saat ini.
Kedua : Semua pemegang KTP Johor
dijamin penuh keselamatannya baik dalam negeri Johor maupun diluar negeri.
Kesejahteraan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan yang layak dijamin penuh oleh
kerajaan.
Ketiga : Setiap warga Johor yang
bermasalah secara hukum mendapat perlindungan penuh dari kerajaan. Warga Johor
bila tersangkut kasus pidana diluar Johor diadili atau diproses hokum di Johor.
Tentu masih ingat kita perihal penangkapan tiga petugas Dinas Kelautan
dan Perikanan Kepri ditangkap oleh Marine Police Malaysia (MPM) di perairan
Tanjung Berakit, Bintan. Petugas
kita berpakaian dinas dilucuti dan dianiaya secara keji di Malaysia, diduka gara
– gara angkatan laut kita menahan tujuh nelayan Johor – Malaysia. Bagi Kerajaan
Johor tidak mengenal kompromi bila warganya dianiaya.
Demikianlah, sebuah pesan kepemimpinan yang
disamapaikan oleh seorang pramuwisata mencari makan dengan keringatnya, dia pengamat
bukan pula politisi, tetapi saya kagum atas kepekaannya.
Terakhir
saya titip pesan kepada Sultan beliau, Selamat semoga panjang umur. Salam untuk
Ipin dan Upin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar