Selasa, 13 Oktober 2015

sambutan aqikah


Assalamualaikum
Wabihinastain .....
Bapak kepala desa Muara Belitung Baru dan perangkatnya yang saya hormati.
Bapak haji/Ibu hajjah alim ulama tokoh masyarakat yg saya hormati.
Tuan rumah sohibul hajat adinda Musawab,Sh sekeluarga besar yg kita banggakan.
Hadirin dan hadirat yg tdk dapat sy sebutkan satu persatu  yg saya hormati.

Pertama tama dgn memanjakan puji dan syukur kita panjangkan kehadiran Allah Swt atas segala rahmat karunia-Nya sehingga kita msh di berikan kesempatan dan kesehatan untuk menjalin tali silaturahmi  dalam rangka tasyakuran atas Aqikah putra kedua kadinda Musawab,SH 
Selanjutnya shalawat dan salam kiranya senantiasa mencurahkan keharibaan baginda rasulullah nabi Muhammad saw. Beserta para sahabat kerabat dan para pengikutnya yg tetap istiqomah hinggga akhir zaman.

 Bpk/ibu para hadirin yg yang hormati.
Selaku penyambung lidah sohibul hajat terlebih dahulu saya menyampaikan permohonan maaf yang sebesar besarnya dimana sy didaulat oleh add Musawab,SH untuk menyampaikan sambutan ini mewakilinya yg semestinya Kkd Malkan Ali lah yang akan menyampaikan nya, yg mana Kkd Malkan Ali adalah atasan langsung add Musawab,Sh di kantor Badan Pelayanan Perizinan Terpadu dan Penanaman Modal Kota Lubuklinggau. Sedangkan sy atasan add Musawab,Sh juga type msh ada jarak hirarki.


Bpk/ibu para hadirin yang kami hormati.
Bahwa adapun maksud dan tujuan add Musawab,Sh mengundang kt semua adalah dlm rangka tasyakuran/syukuran atau wujud rasa syukur sohibul hajat atas pengukuran dan peresmian nama putra kedua yg diberi nama ...........

Bapak/ibu para hadirin yang berbahagia.
Dalam kesempatan yg berbahagia ini add Musawab,Sh sekeluarga mohon keikhlasan kita semua untuk mendoakan kiranya add Musawab,Sh sekeluarga senantiasa mendapatkan anugerah kesehatan, di lapangkan rezekinya,terhindar dr segala macam balak dan bencana teristimewa lg khusus bg anak yg dicukur semoga sehat lekas besar rajin belajar pd giliran nya menjadi anak yang berbakti pada orang tua dan berguna bg bangsa dan negara. Amin.

Para hadirin yang berbahagia.
Selanjutnya add Musawab,Sh pun melalui kesempatan ini mengucapkan terima kasih yg tidak terhingga atas kehadirannya kt semua, mulai dari pagi td hingga sore tadi para tamu undangan berdatangan kediaman kami tentunya tidak lain dan tidak bukan kecuali ingin turut berbahagia dan turut mendoakan agar keselamatan senantiasa menaungi add Musawab,Sh sekeluarga.

Para hadirin yang berbahagia.
Pada penghujung acara ini add Musawab,Sh mengajak kita semua untuk makan malam bersama add Musawab,Sh merasa belum lah lengkap kebahagiaan nya manakala kt semua belum menikmati hidangan yang telah disediakan.

Bapak ibu para hadirin yang berbahagia 
Rasanya cukup ini saja yang dapat km sampai kan.
Seandainya apa yg sy sampai kan ini belum lengkap atau pun belum memenuhi aspirasi add Musawab,Sh tentunya dilain kesempatan add Musawab,Sh akan menyampaikan nya langsung kepada bapak ibu sekalian.
Wabillahi taufik walhidayah 
Assalamualaikum wb wr.

Kamis, 22 November 2012

MENIMBANG WACANA PEMBATASAN USIA JEMAAH HAJI

Catatan Kecil Perjalanan Haji Jemaah Musi Rawas 1433 H/2012

Jemaah usia lanjut atau sepuh atau berusia 70 tahun keatas mendominasi Jemaah Haji Musi Rawas 2012. Beberapa diantaranya sudah mengalami kesulitan mengingat alias pikun. Kebanyakan diantara mereka tidak didampingi anak atau kerabat dekat. Jangankan didampingi anak atau kerabat dekat, dititip pada jemaah lain yang lebih muda pun tidak.

Sehari menjelang keberangkatan Jemaah Haji Kloter 14 yang terdiri jemaah Haji Mura dan OI, para jemaah diberikan pembekalan akhir dari Panitia Propinsi Sumatera Selatan di Masjid Komplek Asrama Haji Palembang. Tausiah pembekalan akhir disampaikan oleh Drs. K. H. Zainal Bahri Bey antara lain mengatakan bahwa Ibadah Haji adalah Ibadah Fisik. Untuk dapat melaksanakan Ibadah Haji dengan baik dibutuhkan Fisik yang sehat dan kuat. Hal ini bukan berarti doa-doa menjadi tidak penting, doa-doa juga penting. Tetapi apabila kita tidak hafal doa-doa sebagai mana yang diterbitkan Buku Panduan Haji oleh Kementerian Agama maka baca sajalah doa-doa sebisanya, Misalnya doa sapujagat : Robana Atina Fidunya Hasanah…. Dst. Jika tidak hafal juga maka bacalah Surat Al-Ikhlas…Kulhuallahuahad Allahusomat….dst. Lalu jika tidak hafal juga sebut saja Allah.. Allah…Allah sebanyaknya. Jika masih tidak bisa juga maka Inalillahi. Ujar Drs. K.H. Zainal Bahri yang disambut gelak tawa jamaah.

Ternyata benar adanya, fisik sangat terkuras. Setelah melakukan perjalanan panjang selama 9 jam dari Bandara Sultan Mahmud Badarudin II Palembang menuju Bandara King Abdul Aziz di Jeddah. Dilanjutkan dengan pemeriksaan dokumen paspor oleh Imigrasi Saudi Arabia butuh waktu lebih kurang 4-6 jam berdiri antri melewati meja-meja petugas. Selanjutnya berangkat ke Mekkah dengan Bis yang butuh waktu sedikitnya 3 jam. Sesampainya di Mekkah bukannya istirahat justru langsung ke Masjidil Haram untuk Tawaf dan Sa’i pendek.

Separuh perjalanan di pesawat terbang Palembang – Jeddah, jemaah sepuh dan uzur sering membuat repot pramugari karena ada diantaranya yang buang air kecil tidak pada tempatnya yaitu dilantai toilet, sehingga sempat membanjiri lantai toilet. Untuk keselamatan penerbangan cairan sangat dilarang, karena bila cairan merembet kemana–mana dapat saja  membasahi kabel dan berakibat korsleting listrik. Lalu sang pramugari mengambil sarung tangan membersihkan lantai toilet. Jemaah sepuh merasa asing dengan toilet pesawat yang tidak tersedia gayung dan air yang memadai untuk bilas. “Bapak/Ibu mohon untuk didampingi bila jemaah kita yang sepuh akan ke kamar kecil” ujar salah satu Pramugari kepada kami.

Jemaah sepuh dan uzur sehari-hari sering kali merepotkan petugas dan jemaah lain, karena kebanyakan dari mereka tidak tahu jalan pulang. Beruntung ada gelang identitas stenlis di tangannya sehingga petugas haji dapat mengantar mereka pulang ke maktab. Kesulitan lain yang dialami jemaah sepuh dan uzur rata-rata mereka kesulitan menggunakan “lift”. Bahkan ada diantaranya yang kesasar, mereka seharusnya penghuni kamar pada lantai 4 tersasar ke lantai 5 atau lantai lainnya. Belum lagi dalam hal membuka pintu kamar yang menggunakan kunci elektrik atau menggunakan kartu, kadang-kadang mereka berbaring di lantai depan kamarnya atau diruang tunggu sambil menunggu teman sekamar yang lebih muda untuk membuka pintu.

Ketika berada Arafah, Musdalifah dan Mina, fisik lebih terkuras lagi. Dari Maktab menuju Arafah menggunakan bus membutuhkan waktu 6 – 12 jam karena kendaraan terjebak macet. Ditengah kemacetan ada jemaah yang kelaparan, kehausan bahkan lebih tragis lagi ada jemaah yang sudah tidak kuat lagi ingin buang air besar atau hanya buang air kecil dan terpaksa turun dari bis melepas hajat dipinggiran jalan lalu berlari sekencang-kencangnya mengejar bis yang tengah berjalan, hal ini bila menimpa jemaah sepuh pasti mustahil mereka sanggup.

Di Arafah dan Mina jemaah haji mendapat jatah makan 3 kali sehari dengan sistim "perancisan" (Jemaah antri mengambil makanan). Setiap 1 kloter atau 360 orang jemaah tersedia satu meja "prancisan". Seandainya setiap jemaah butuh waktu ½ menit untuk mengambil makanan berarti butuh waktu antri selama 180 menit atau selama 3 jam. Antri mengambil makanan diterik matahari, kebanyakan jemaah sepuh tidak kuat, lalu mereka menunggu para jemaah yang muda usai makan dan antri kembali untuk mengambil jatah jemaah sepuh.

Selama dalam perjalanan haji jemaah diajak 3 kali jalan-jalan atau ziarah baik yang disponsori oleh KBIH maupun oleh maktab. Ziarah mengunjungi tempat bersejarah di Mekkah, Madinah dan Jeddah misalnya. Kalau di Mekkah jamaah diajak ke Jabal Rahmah tempat pertemuan Nabi Adam AS. dan Siti Hawa untuk pertama kalinya, ke Gua Hira tempat wahyu Allah SWT. diturunkan malaikat Jibril kepada Nabi Muhamad SAW, lalu melihat rumah potong hewan kurban. Saat di Madinah jamaah melakukan Ziarah ke Baqi atau Makam para Syuhada, Masjid Kuba, Masjid Kiblatain dan berkeliling di Kebun Kurma. Terakhir di Jeddah jamaah diajak ke Laut Merah, Masjid Qissas tempat pelaksaan hukum pancung, dan lain-lain. Biasanya ditempat-tempat ziarah ini jemaah sepuh tidak turun dan hanya tinggal di dalam mobil saja, mengapa demikian? karena  ditempat-tempat ziarah ini, bis biasanya berhenti sebentar saja sekitar 5 sampai 10 menit. Sedangkan jemaah sepuh selalu kesulitan untuk urusan turun dan naik bis, mereka turun beberapa langkah saja orang lain sudah kembali.

Sehubungan dengan belakangan ini Pemerintah pernah berwacana, perlu membatasi usia calon jamaah haji di bawah 65 tahun agaknya usul ini perlu dipertimbangkan, tentunya dengan tujuan untuk kelancaran ibadah haji itu sendiri dan harus diakui bahwa ibadah haji akan lebih baik bila jamaah berusia muda. Usul ini memang riskan dengan anggapan pemerintah membatasi hak asasi setiap muslim untuk menunaikan ibadah wajib bagi yang mampu. Namun kita harus mengingat kembali bahwa menunaikan Ibadah Haji adalah rukun islam kelima, diwajibkan bagi yang mampu, tetapi  kiranya patut dipertanyakan masih wajibkah Ibadah Haji bagi Muslim yang sepuh dan Uzur? 

Selasa, 20 November 2012

OBAT KEPEPET

Catatan Kecil Perjalanan Haji Musi Rawas  1433 H/2012 

Saya termasuk dalam rombongan Jemaah Haji Kabupaten Musi Rawas tahun 1433 H/2012. Jemaah Haji Musi Rawas berjumlah 151 orang bersama jemaah haji Ogan Ilir tergabung dalam kloter 14, berangkat dari tanah air tanggal 7 Oktober 2012. Kloter 14 termasuk gelombang kedua dari tanah air langsung ke Mekkah sebaliknya gelombang pertama dari tanah air menuju Madinah.

Seminggu sebelum keberangkatan ke Tanah Suci, saya sempat dihubungi oleh salah seorang awak media ini, intinya beliau minta saya bersedia menjadi kontributor media ini di tanah suci. Saya tolak dengan 3 alasan. Pertama, keberangkatan saya ke tanah suci kali ini adalah yang pertama, saya berusaha agar lebih khusuk beribadah tanpa mesti dikejar-kejar waktu untuk menyampaikan laporan ke Media. Kedua, Saya ingin lebih bebas membantu Struktur yang dibangun Kementerian Agama yang terdiri dari Ketua Kloter, Kepala Rombongan dan Kepala Regu walaupun saya tidak duduk dalam struktur resmi (Nonjob). Ketiga, saya janji ingin membuat catatan kecil tersendiri secara khusus setelah usai ibadah haji yang peristiwa-peristiwa unik yang belum pernah atau luput dari laporan kontributor Media ini sehari-hari selama ini.

Obat Kepepet
Ketika  berangkat dari tanah air Tim Kesehatan Kloter yang terdiri dari 1 orang dokter dan 2 orang perawat yaitu dr. Hj. Selvia, H. Fauzi (perawat) dan H. Jon Feri (perawat). Mereka membawa 1 koper besar obat-obatan seberat lebih kurang 35 kg. Begitu pula para jemaah pun, walaupun ada tim medis kloter para jemaahpun dibekali obat sesuai dengan rekomendasi dokter keluarga terutama yang berhubungan dengan penyakit yang selama ini pernah diderita. Sayapun demikian untuk langkah antisipasi atau berjaga-jaga saya membawa obat sekantong ukuran sedang lebih kurang seberat ½ kg untuk obat jantung, obat ginjal, asam urat, anti biotik, obat demam dan obat batuk untuk kebutuhan selama 40 hari perjalanan haji.

Selama berada di Mekkah hampir seluruh jemaah terserang flu, bantuk, demam dan hampir seluruh jemaahpun mendapat pelayanan medis dari Tim Kesehatan sehingga pelaksanaan ibadah haji baru berjalan dua pertiga dari jadwal yang ditetapkan ternyata persediaan obat-obatanpun ludes semua. Sedang kami masih harus ke Madinah terlebih duhulu untuk mengambil arbain shalat 40 waktu dimesjid Nabawai Madinah sebelum kembali ke tanah air. 

Cuaca di Madinah sangat Ekstrim, kami sempat kehujanan 2 kali di Madinah. Suhu udara di Madinah ketika siang hari suhu berkisar 40-42 derajat celcius dan malam hari suhu dingin dibawah 20 derajat celcius, kondisi ini tentunhya akan menyebabkan sebagian besar jemaah  terserang demam dan flu berat, kepala pusing, hidung tersumbat badan menggigil panas dingin. Ke dokterpun percuma karena kami tahu betul obat-obatan terutama obat flu, demam dan pilek sudah tidak tersedia lagi. Kami hanya bertahan saja dalam kondisi demam, flu, pilek tanpa ada pertolongan medis.

Di pinggir jalan dekat Mesjid Nabawi ada sebuah poliklinik, Poliklinik Bassalam namanya milik Pemerintah Arab Saudi. Setiap hari jemaah haji Kabupaten Musi Rawas melintas di depannya. Setiap hari tampak ramai dikunjungi para jemaah haji tapi bukan jemaah Indonesia. Mereka terlihat antri panjang untuk mendapatkan pelayanan medis dari klinik tersebut. Saya pernah ingin coba-coba ikut antri atau iseng mampir ikut bersama para pengantri untuk mendapatkan obat Flu Berat yang saya derita. Tetapi niat itu tiba-tiba saya batalkan sebelum saya sampai ke meja pelayanan dengan alasan pertama karena dari sekian banyak pengantri tak satupun diantara mereka terlihat wajah ras Asia Tenggara yang terlihat para para pengantri ras Timur Tengah. Kedua, saya tidak bisa berkomunikasi dengan dokter disana, bahasa pengantar sehari-hari di Tanah Suci adalah Bahasa Arab dan Bahasa Inggris. 

Dari tulisan merek poliklinik dan asesoris yang menggambarkan bagan mekanisme prosedur untuk mendapatkan pelayanan medis disana ditulis dengan huruf arab gundul dan bahasa Inggeris dan kedua-keduanya baik bahasa Arab maupun bahasa Inggeris saya tidak bisa. Saya hanya bisa berbatas pada Yes untuk menyatakan setuju atau No untuk menyatakan tidak setuju, itu saja dan tak lebih dari itu.

Lain halnya bagi oleh salah seorang jemaah haji Musi Rawas asal Muara Beliti yang bernama H. Idham Kholik yang lebih pepuler di Musi Rawas dan Kota Lubuk Linggau H. Edy Yoso, beliau bertubuh tinggi besar bersuara lantang beliau selama di Mekkah dan Madinah suka berdandan bak seorang Arab asli, memakai jubah dan sorban terlilit di atas kepala. Dan Beliau  tidak mau menyerah dengan keadaan.

Beliaupun terserang demam dan flu berat juga sama seperti kebanyak jemaah. Setelah zuhur menjelang asar beliau ikut antri di poliklinik tersebut. Beliau bersabar menunggu giliran menghadap dokter. Alhasil, tibalah saatnya beliau berhadapan dengan dokter, dan terjadilah dialog antara beliau dengan sang dokter. “Assalamualaikum” beliau menyapa sang dokter “ Wa'alaikumsalam. You from Indonesia?” dokter balik bertanya, “Yes Indonesia” jawabnya “Can you Speak English?”. “No” jawab beliau. Lalu “Arabian?” lanjut sang dokter ”No” Jawab beliau.

Lalu sang dokter bertanya lagi dan bertanya lagi  yang tidak dimengerti apa maksudnya. Saya menduga dokter tengah menanyakan keluhan atau sakit apa yang saya derita. Lalu H. Edy Yoso jelaskan dalam bahasa Muara Beliti dengan dialek khasnya. Karena beliau pikir menggunakan bahasa Indonesia pun percuma pasti tidak dimengertinya. “Aku sakit 'heme' (baca : flu/Pilek)” kata H. Edy Yoso. Sang dokter kebingungan karena mungkin sakit "heme" ini baru pertama kali dia dengar, mungkin dalam kamus ilmu kedokteranpun belum ada sakit "heme". Di tengah kebingunan sang dokter Arab itu tiba-tiba Pak H. Edy Yoso bersin. "ha…ciiiimmm…". sontak ingus keluar dari hidung diiringi air mata yang juga menetes. "Oh Ok… Ok…Ok…" kata sang dokter. "Pak Haji ini terserang flu/pilek berat, Lalu sakit apa lagi" Tanya dokter. H. Edy Yoso memegang kepala lalu dipijit-pijitnya, "Oh…Ok..Ok…Ok…" kata dokter. "lalu sakit apalagi?" sambung dokter lagi. iihhh…iihhh…ihhh H. Edy menggigil kedinginan, "Oh …Ok….Ok…Ok…" Lalu diukurnya tekanan darah oleh Sang Dokter dan dituliskan resep obat untuk ditebus pada bagian farmasi. Dan ternyata sepeserpun tanpa dipungut biaya. Alhamdulillah keesokan harinya H. Edy sehat dan segar bugar kembali.

Kisah nekat H. Edy Yoso diceritakannya kepada jemaah lain. Akhirnya keesokan harinya banyak jemaah haji Musi Rawas ikutan antri di polikinik untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Dan Alhamdulillah walaupun kami tidak bisa berbahasa Inggris ataupun bahasa Arab ternyata bahasa isyaratpun cukup efektif berkomunikasi dengan arang asing. 

Dan oleh karena merk atau label obat tersebut ditulis dengan huruf arab gundul yang tidak bisa kami baca dan mengerti maka kami jemaah sepakat menyebut obat dari poliklinik tersebut dengan nama "obat kepepet". 

Selesai.

Jumat, 21 September 2012

KATA SAMBUTAN WALIMATUS SAFAR


Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarohatuh…
Bismillahirrahmanirrahiem. Alhamdulillahirabbil ‘alamien.
Wassholaatu wassalaamu ‘ala sayyidinaa wamawlanaa,
muhammadin wa ‘alaa alihi wa shohbihi ajma’in
Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah memberikan kita begitu banyak nikmat, dari mulai nikmat Islam, nikmat iman serta nikmat sehat wal’afiat dan nikmat-nikmat lainnya yang begitu banyaknya kepada kita. 
Shalawat serta salam tak lupa kita curahkan teruntuk nabi besar kita Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, sampai kepada kita pengikutnya yang Insya Allah tetap istiqomah dijalannya hingga yaumul akhir nanti. Amieen.
Pertama-tama saya ucapkan terima kasih kepada Seluruh jama’ah yang hadir di acara walimatus safar kami semoga Allah membalas langkah kaki jama’ah semua yang hadir disini. Amieen...

Rabu, 29 Agustus 2012

TETAP OPTIMIS WALAU DENGAN “KATUP JANTUNG BUATAN”

Penulis (memakai topi) dan keluarga

Ketika usai menjalani operasi jantung tahun 2005 teman-teman sering berguyon, mengatakan bahwa “Pak Zainal operasi jantung karena kualat dengan pacarnya ketika masih remaja dulu, Pak Zainal terlalu banyak menggombal pacarnya lalu ditinggalkan begitu saja seperti dalam lagu dangdut Rita Sugiarto era tahun 80-an berjudul Cinta Setengah Hati. “Belahlah dadaku / dan lihat jantungku / Panah asmara bersarang dihati / Jangan kau biarkan ku terus bermimpi / Bercumbu dengan bayang-bayangmu /Jangan kau biarkan / Jangan kau biarkan ku terus bermimpi” dan sekarang rayuan gombal jadi kenyataan, rasain lho… belah dada sungguhan teman-teman bergurau.

Buku Dahlan Iskan yang berjudul “Cangkok Hati”, dan liputan media bertajuk “Ganti Hati DahIan Iskan Tak Berani Mimpi Panjang Umur”, “Ingat Sakit Parah, Dahlan Iskan Tak Percaya Masih Hidup”. Pada intinya Pak Dahlan berbagi pengalaman kepada pembaca tentang beliau mendapat cobaan yang berat saat berjuang melawan penyakit Sirosis Kanker Hati akibat terserang pengakit Hepatitis B akut. Pak Dahlan dihadapi 2 pilihan sulit. Pertama, bertahan dan menyerah pada keadaan dengan resiko pasti mati karena virus hepatitis B sudah menyerang sel-sel darah sehingga muntah darah secara terus menerus. Kedua, menjalani operasi dengan resiko tinggi, karena tingkat keberhasilan operasi cangkok hati masih amat rendah, namun kemungkinan berhasil masih tetap ada walaupun peluangnya sangat kecil. Pak Dahlan menjatuhkan pilihan menjalani operasi, dan ternyata sukses. Kini Pak Dahlan dipercaya Presiden memimpin salah satu kementerian pada Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II.
Saya dan Pak Dahlan Iskan memiliki sedikit kesamaan nasib tetapi berbeda rezeki. Pertama, sama-sama pernah operasi besar organ tubuh. Kalau Pak Dahlan operasi Cangkok Hati sedangkan saya operasi Katup Jantung. Kedua, sama-sama menyenangi tulis menulis tetapi berbeda kaliber, kalau Pak Dahlan adalah seorang penulis handal sedangkan saya hanyalah penulis Ndeso. Ketiga, sama-sama terlahir dari keluarga miskin. Tetapi Dahlan Iskan adalah seorang pekerja keras sehingga berhasil keluar dari jeratan kemiskinan bahkan jadi konglomerat, sedangkan saya hanya biasa-biasa saja.  Keempat sama-sama berkarier dari bawah. Jika Pak Dahlan Iskan loper koran lalu meningkat jadi calon reporter surat kabar lokal di Samarinda sedangkan saya awalnya PNS Golongan I tahun 1989 di Sekretariat Daerah Kabupaten Musi Rawas Provinsi Sumatera Selatan dengan tugas pokok mengantar surat dan mencuci gelas, pesuruh photocopy plus kurir beli lotek (baca : gado-gado). Disamping berbeda rezeki, saya dan Pak Dahlan berbeda generasi. Usia saya terpaut lebih muda dengan selisih 18 tahun. Namun kini Pak Dahlan menjabat sebagai Menteri BUMN. Hal itulah yang membuat saya optimis dan semakin optimis, karena penyandang cacat organ masih mampu berkiprah di level nasional.

Operasi ganti katup jantung.
Saya menjalani operas jantung pada akhir Nopember 2005 ketika saya berusia 36 tahun, tepatnya tanggal 25 Nopember 2005. Saya menderita kelainan jantung bawaan sejak lahir. Mulanya ketika saya berumur 5 tahun (1974) saya divonis Dokter bocor katup jantung. Katup jantung saya tidak dapat membuka/menutup dgn sempurna. Dengan demikian akan menimbulkan suara detak jantung yang abnormal, iramanya juga tidak teratur.

Bila salah satu katup jantung tidak terbuka atau tertutup dengan baik maka akan mempengaruhi aliran darah. Bila katup tidak dapat membuka secara sempurna, biasanya karena stenosis, dapat berakibat pada aliran darah melalui katup tersebut akan berkurang. Bila katup tidak dapat menutup secara sempurna darah akan mengalami kebocoran sebagai proses yang disebut regurgitasi atau insufisiensi. Fungsi jantung sebagai jetpam yang menyemprot darah dari jantung ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah tidak maksimal. Bila aliran darah abnormal maka akibatnya mudah lelah, masuk angin, sesak nafas hingga berkeringat dingin. Terutama bila melakukan aktivitas fisik yang tinggi seperti menimba air di sumur, berenang, lari, mendaki gunung, naik turun tangga. Yang tak kala penting bagi para penderita sakit jantung adalah tidak boleh stress. Bila stress, irama denyut jantung akan lebih cepat, lama kelamaan jantung menjadi lelah lalu berhenti berdenyut. Inilah yang sering dikatakan serangan jantung.

Ketika saya umur 5 tahun (1974) sudah dianjurkan Dokter untuk operasi, tetapi keterbatasan keuangan, belum ada fasilitas Askes, Jamkesmas, Jamkesda dan Askeskin maka selama kurun waktu 31 tahun hanya bertahan hidup dengan mengkonsumsi obat-obatan. Saya mengkonsumsi obat sedikitnya 12 butir per hari, 360 butir perbulan, 4.300 butir pertahun. Bila orang Indonesia makanan pokoknya nasi maka saya makanan pokoknya adalah obat, mulai dari obat pengencer darah, obat pengatur irama jantung, obat pelancar air seni sampai dengan obat tekanan darah tinggi. Mengkonsumsi obat dalam jangka waktu yang lama berpengaruh terhadap kerja ginjal. Pada tahun terakhir sebelum operasi saya sempat mengalami sulit buang air kecil sebagai akibat saluran air seni tertutup batu ginjal. Bila tidak segera diatasi bukan tidak mungkin terjadi gagal ginjal permanen dan mau tidak mau, suka tidak suka harus melakukan cuci darah yang justru membutuhkan biaya yang lebih besar lagi. Menghidari komplikasi kronis akhirnya menjelang tutup tahun 2005 saya ikhlas menetapkan pilihan sulit dan menyatakan “siap dioperasi” dengan segala resiko yang terjadi.

“Ya, Saya siap dioperasi”. Kalimat inilah yang sulit diucapkan bagi kebanyakan penderita penyakit jantung. Kebanyakan para penderita penyakit jantung mencari solusi lain selain tindakan operasi dengan berbagai alasan. Kebanyakan penderita penyakit jantung lebih memilih pengobatan alternatif untuk menghindari tindakan operasi. Menurut pendapat saya, penyakit jantung hanya dapat disembuhkan dengan penanganan medis Dokter Spesialis Jantung/Bedah Jantung orang-orang pilihan yang separuh umurnya habis dibangku sekolah dalam dan luar negeri bukan dengan jampi-jampi.

Saya masuk kamar Operasi hari pada Jumat, 25 Nopember 2005 tepat pukul 14.00 WIB. Setiba di kamar operasi, tim medis yang terdiri dari 6 orang Dokter ahli berpengalaman langsung menusuk jarum infus di tangan saya. Sayapun terus mengumbar kalimat tauhid “Subhanallah, Astaufirullah, Alhamdulillah, Allahuakbar.” Lalu kemudian senyap, kesadaran sayapun hilang. Mungkin pada saat itulah Dokter-Dokter ini membelah dada saya, memindahkan fungsi jantung sebagai “jetpam” pemompa darah dengan pemacu jantung mekanik lalu memasang katup jantung buatan yang konon katanya buatan Italia anti karat mudah beradaptasi dengan tubuh manusia. 

Keesokan harinya saya mulai siuman. Ada rasa haus luar biasa, dan ditenggorokan saya terpasang seutas selang besar media memasukan sari makanan ke lambung.  Mula-mula saya menanyakan pada seorang Perawat yang menjaga saya, “Suster, kapan saya akan dioperasi?”. “Bapak sudah dioperasi, dan kami ucapkan Selamat operasinya berlansung sukses” Jawab sang perawat. “Sekarang hari apa jam berapa tanya saya lagi. “Sekarang hari Sabtu Jam 09.00 pagi”. Jawab Perawat lagi.

Berdasarkan cerita Perawat yang menjaga saya, tindakan Operasi di Rumah Sakit Jantung Harapan Kita rata-rata berlansung kurang lebih 7 jam dan masa pembiusan, pasien hilang kesadaran, selama kurang lebih 18 jam.

Selanjutnya saya dirawat di ruang ICU sekitar 2 hari. Disini 1 pasien ditangani satu Dokter dan satu perawat. Setelah melewati masa kritis saya dipindahkan ke ruangan peralihan intermedit selama 3 hari. Pada masa ini, dua orang pasien akan ditangani seorang perawat. Berikutnya dilanjutkan perawatan di ruang perawatan biasa sebagai masa penyembuhan rehab medis selama 5 hari. Di ruang perawatan biasa, empat orang pasien ditangani oleh seorang perawat. Sehingga total waktu mulai dari masuk rawat di RS Harapan Kita sampai dengan pulang kerumah lagi butuh waktu selama 13 hari. Bagi kebanyakan orang tidak masuk akal operasi besar sekaliber operasi jantung tuntas dalam jangka waktu 13 hari. Tapi itulah fakta sesungguhnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang keDokteran. “Kok aneh…operasi jantung sama dengan operasi wanita melahirkan caesar. Nggak sulit, nggak ribet cepat pulih,” celetuk teman setengah tak percaya. “Ya, saya tuntaskan dalam waktu 13 hari. Setelah 13 hari saya diperbolehkan pulang ke rumah. Setelah dirumah terbukti dikejar anjing gila pun saya masih bisa selamat” jawab ku berseloroh.

Operasi jantung merupakan peristiwa paling bersejarah seumur hidup saya. Para Dokter, para Perawat dan tenaga medis lainnya di Rumah Sakit Harapan Kita amat berjasa menyukseskan operasi besar itu. Untuk mengabadikan peristiwa bersejarah ini maka nama Pimpinan Tim Medis yang membedah jantung saya, Dr. Tri Wisesa pria berumur lebih kurang 50 tahun saya abadikan menjadi nama anak saya ketiga yang kebetulan lahir pada saat operasi tengah berlangsung. Namun karena anak saya perempuan maka saya beri nama “Tri Anisah”. Anak ini kini bersekolah di kelas 1 Sekolah Dasar dan bercita-cita menjadi Dokter spesialis bedah jantung.

Kepada para pembaca kiranya mengedukasi keluarga, kenalan atau sahabat agar mengikuti jejak Pak Dahlan Iskan dan saya untuk berobat secara medis dan berikhtiar tiada henti.