Jemaah
usia lanjut atau sepuh atau berusia 70 tahun keatas mendominasi Jemaah Haji
Musi Rawas 2012. Beberapa diantaranya sudah mengalami kesulitan mengingat alias pikun. Kebanyakan diantara mereka tidak didampingi anak atau kerabat dekat. Jangankan didampingi anak
atau kerabat dekat, dititip pada
jemaah lain yang lebih muda pun tidak.
Sehari
menjelang keberangkatan Jemaah Haji
Kloter 14 yang terdiri jemaah Haji Mura dan OI, para jemaah diberikan pembekalan akhir dari Panitia Propinsi
Sumatera Selatan di Masjid Komplek Asrama Haji Palembang. Tausiah pembekalan akhir
disampaikan oleh Drs. K. H. Zainal Bahri
Bey antara lain mengatakan bahwa Ibadah Haji adalah Ibadah Fisik. Untuk dapat
melaksanakan Ibadah Haji dengan baik dibutuhkan Fisik yang sehat dan kuat. Hal
ini bukan berarti doa-doa menjadi tidak penting, doa-doa juga penting. Tetapi
apabila kita tidak hafal doa-doa sebagai mana yang diterbitkan Buku Panduan
Haji oleh Kementerian Agama maka baca sajalah doa-doa sebisanya,
Misalnya doa sapujagat : Robana Atina Fidunya Hasanah…. Dst. Jika tidak hafal
juga maka bacalah Surat Al-Ikhlas…Kulhuallahuahad Allahusomat….dst. Lalu jika tidak hafal juga sebut saja Allah..
Allah…Allah sebanyaknya. Jika masih tidak bisa juga maka Inalillahi. Ujar Drs. K.H. Zainal Bahri yang disambut gelak tawa jamaah.
Ternyata benar
adanya, fisik sangat terkuras. Setelah melakukan perjalanan panjang selama 9
jam dari Bandara Sultan Mahmud Badarudin II Palembang menuju Bandara King Abdul Aziz di Jeddah. Dilanjutkan
dengan pemeriksaan dokumen paspor oleh
Imigrasi Saudi Arabia butuh waktu lebih kurang 4-6 jam berdiri antri melewati
meja-meja petugas. Selanjutnya berangkat ke Mekkah dengan Bis yang butuh waktu sedikitnya 3 jam. Sesampainya di Mekkah bukannya istirahat justru langsung ke Masjidil Haram
untuk Tawaf dan Sa’i pendek.
Separuh
perjalanan di pesawat terbang Palembang –
Jeddah, jemaah sepuh dan uzur sering membuat repot pramugari karena ada
diantaranya yang buang air kecil tidak pada tempatnya yaitu dilantai toilet, sehingga sempat membanjiri lantai toilet. Untuk
keselamatan penerbangan cairan sangat dilarang, karena bila cairan merembet
kemana–mana dapat saja membasahi kabel dan
berakibat korsleting listrik. Lalu sang pramugari mengambil sarung tangan
membersihkan lantai toilet. Jemaah sepuh merasa asing dengan toilet pesawat
yang tidak tersedia gayung dan air yang memadai untuk bilas. “Bapak/Ibu mohon untuk
didampingi bila jemaah kita yang sepuh akan ke kamar kecil” ujar salah satu
Pramugari kepada kami.
Jemaah
sepuh dan uzur sehari-hari sering kali merepotkan petugas dan jemaah lain, karena
kebanyakan dari mereka tidak tahu jalan pulang. Beruntung ada gelang identitas stenlis
di tangannya sehingga petugas haji dapat mengantar
mereka pulang ke maktab. Kesulitan lain yang dialami jemaah sepuh dan uzur
rata-rata mereka kesulitan menggunakan “lift”. Bahkan ada diantaranya yang kesasar,
mereka seharusnya penghuni kamar pada lantai 4 tersasar ke lantai 5 atau lantai lainnya.
Belum lagi dalam hal membuka pintu kamar yang menggunakan kunci elektrik atau
menggunakan kartu, kadang-kadang mereka berbaring di lantai depan kamarnya
atau diruang tunggu sambil menunggu teman sekamar yang lebih muda untuk membuka
pintu.
Ketika
berada Arafah, Musdalifah dan Mina, fisik lebih terkuras lagi. Dari Maktab menuju
Arafah menggunakan bus membutuhkan waktu 6 – 12
jam karena kendaraan terjebak macet. Ditengah kemacetan ada jemaah yang
kelaparan, kehausan bahkan lebih tragis lagi ada jemaah yang sudah tidak kuat lagi ingin
buang air besar atau hanya buang air kecil dan terpaksa turun dari bis melepas hajat dipinggiran jalan lalu berlari
sekencang-kencangnya mengejar bis yang tengah berjalan, hal ini bila menimpa
jemaah sepuh pasti mustahil mereka sanggup.
Di
Arafah dan Mina jemaah haji mendapat jatah makan 3 kali sehari dengan sistim
"perancisan" (Jemaah antri mengambil makanan). Setiap 1 kloter atau 360 orang
jemaah tersedia satu meja "prancisan". Seandainya setiap jemaah butuh waktu ½
menit untuk mengambil makanan berarti butuh waktu antri selama 180 menit atau
selama 3 jam. Antri mengambil makanan diterik matahari, kebanyakan jemaah sepuh
tidak kuat, lalu mereka menunggu para jemaah yang muda usai makan dan antri
kembali untuk mengambil jatah jemaah sepuh.
Selama
dalam perjalanan haji jemaah diajak 3 kali jalan-jalan atau ziarah baik yang
disponsori oleh KBIH maupun oleh maktab. Ziarah mengunjungi tempat bersejarah di Mekkah, Madinah dan Jeddah
misalnya. Kalau di Mekkah jamaah diajak ke Jabal Rahmah tempat pertemuan Nabi Adam AS. dan Siti Hawa untuk
pertama kalinya, ke Gua Hira tempat wahyu Allah SWT. diturunkan malaikat Jibril
kepada Nabi Muhamad SAW, lalu melihat rumah potong hewan kurban. Saat di Madinah
jamaah melakukan Ziarah ke Baqi atau Makam para Syuhada, Masjid Kuba, Masjid Kiblatain dan berkeliling di
Kebun Kurma. Terakhir di Jeddah jamaah diajak ke Laut Merah, Masjid Qissas tempat pelaksaan
hukum pancung, dan lain-lain. Biasanya ditempat-tempat ziarah ini jemaah sepuh tidak turun dan hanya tinggal di
dalam mobil saja, mengapa demikian? karena ditempat-tempat ziarah ini, bis biasanya
berhenti sebentar saja sekitar 5 sampai 10 menit. Sedangkan jemaah sepuh
selalu kesulitan untuk urusan turun dan naik bis, mereka turun beberapa langkah
saja orang lain sudah kembali.
Sehubungan dengan belakangan ini Pemerintah
pernah berwacana, perlu membatasi usia calon jamaah haji di bawah 65 tahun
agaknya usul ini perlu dipertimbangkan, tentunya dengan tujuan untuk kelancaran
ibadah haji itu sendiri dan harus diakui bahwa ibadah haji akan lebih baik bila
jamaah berusia muda. Usul ini memang riskan dengan anggapan pemerintah
membatasi hak asasi setiap muslim untuk menunaikan ibadah wajib bagi yang mampu. Namun kita harus mengingat kembali bahwa menunaikan
Ibadah Haji adalah rukun islam kelima, diwajibkan bagi yang mampu, tetapi kiranya patut dipertanyakan masih wajibkah
Ibadah Haji bagi Muslim yang sepuh dan Uzur?